Tradisi
budaya Manten Kucing ini merupakan tradisi masyarakat untuk meminta
diturunkannya hujan, ketika musim kemarau panjang. Sehingga simbolisasi Manten
Kucing ini ialah ritual untuk meminta hujan. Tradisi yang terkemas dalam wujud
budaya, tentunya bisa dijadikan sebagai media pembelajaran. Orang Jawa, dalam
tradisi budayanya memiliki unsur nilai-nilai tinggi, dan juga penyampaian pesan
moral yang biasanya terwujud dalam bentuk upacara tradisi, seperti halnya;
Manten Kucing, tradisi budaya yang terdapat di Desa Pelem, Kecamatan Campurdarat
, Kabupaten Tulungagung ini dilaksanakan upacaranya setiap tahun oleh
masyarakat sekitar, dan juga pemerintah peran serta didalam pelaksanaannya.
Ditengah-tengah kegelisahan tersebut tanpa sengaja saat Eyang Sangkrah mandi di sendang. Tiba-tiba kucing Condro-mowo (kucing yang memiliki tiga warna berbeda) miliknya ikut mandi.
Sepulang Eyang Sangkrah memandikan kucing di telaga, tak lama berselang, di kawasan Desa Pelem turun hujan deras. Terang saja, warga yang sudah lama menunggu-nunggu turunnya hujan tak bisa menyembunyikan rasa riangnya. “Mereka yakin, hujan turun ini ada kaitannya dengan Eyang Sangkrah yang baru saja memandikan kucing Condromowo.
Ketika Desa Pelem dijabat Demang Sutomejo pada 1926, desa ini kembali dilanda kemarau panjang. Saat itulah, Eyang Sutomejo mendapat wangsit untuk memandikan kucing di telaga. Maka, dicarilah dua ekor kucing Condro-mowo yang diambil dari arah barat dan timur desa. Lalu, dua ekor kucing itu dimandikan di Coban yang berjarak sekitar satu kilo meter dari desa Palem. Dan, beberapa hari kemudian hujan mulai mengguyur di Desa Pelem dan sekitarnya.
Sejak saat itu, jika musim kemarau panjang melanda desa Pelem, warga akan meminta kepala desa menggelar ritual tersebut. Namun upacara Temanten kucing sekarang berbeda dengan yang dulu, ini dikarenakan jaman yang telah berkembang maka tradisi ini pun bergeser.
Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
BalasHapusKaos Islami Dakwah
Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
Hati yang Tulus Tak Bisa Direkayasa