Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 18 Juni 2014

Wisata Budaya | Manten Kucing



       Tradisi budaya Manten Kucing ini merupakan tradisi masyarakat untuk meminta diturunkannya hujan, ketika musim kemarau panjang. Sehingga simbolisasi Manten Kucing ini ialah ritual untuk meminta hujan. Tradisi yang terkemas dalam wujud budaya, tentunya bisa dijadikan sebagai media pembelajaran. Orang Jawa, dalam tradisi budayanya memiliki unsur nilai-nilai tinggi, dan juga penyampaian pesan moral yang biasanya terwujud dalam bentuk upacara tradisi, seperti halnya; Manten Kucing, tradisi budaya yang terdapat di Desa Pelem, Kecamatan Campurdarat , Kabupaten Tulungagung ini dilaksanakan upacaranya setiap tahun oleh masyarakat sekitar, dan juga pemerintah peran serta didalam pelaksanaannya.

        Menurut cerita, tradisi ini diawali oleh seseorang yang bernama eyang   Eyang Sangkrah pembabat alas desa setempat Kala itu, terjadi musim kemarau panjang yang membuat persawahan, sungai, dan telaga (kolam air untuk minum warga) kering. Para penduduk yang ma­yoritas bekerja sebagai petani pun resah. Beberapa ritual keper­cayaan telah dilakukan dengan tujuan agar hujan segera turun. Namun tak setitik air pun turun meski semua warga desa me­mohon pada sang pencipta.
       Ditengah-tengah kegelisahan tersebut tanpa sengaja saat Eyang Sangkrah mandi di sen­dang. Tiba-tiba kucing Condro-mowo (kucing yang memiliki tiga warna berbeda) miliknya ikut mandi.
       Sepulang Eyang Sangkrah memandikan kucing di telaga, tak lama berselang, di kawasan Desa Pelem turun hujan deras. Terang saja, warga yang sudah lama menunggu-nunggu turun­nya hujan tak bisa menyembu­nyikan rasa riangnya. “Mereka yakin, hujan turun ini ada kaitannya dengan Eyang Sangkrah yang baru saja memandikan kucing Condromowo.
         Ketika Desa Pelem dijabat Demang Sutomejo pada 1926, desa ini kembali dilanda kemarau panjang. Saat itulah, Eyang Sutomejo mendapat wangsit untuk me­mandikan kucing di telaga. Maka, dicarilah dua ekor kucing Condro-mowo yang diambil dari arah barat dan timur desa. Lalu, dua ekor kucing itu dimandikan di Coban yang berjarak sekitar satu kilo meter dari desa Palem. Dan, beberapa hari kemudian hujan mulai meng­guyur di Desa Pelem dan seki­tarnya.
       Sejak saat itu, jika musim ke­marau panjang melanda desa Pelem, warga akan meminta ke­pala desa menggelar ritual ter­sebut. Namun upacara Temanten kucing sekarang berbeda dengan yang dulu, ini dikarenakan jaman yang telah berkembang maka tradisi ini pun bergeser.

1 komentar:

  1. Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
    Kaos Islami Dakwah

    Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
    Hati yang Tulus Tak Bisa Direkayasa

    BalasHapus